enyoteliot (Elya Elkana)

Nama ku Elya Aprilliyani Elkana. I LOVE Logan Lerman, My big family, FU,DFC, etc.

Rabu, 18 Mei 2011

MAMA KU BERARTI





Ketika ibu masih mengandung, anak yang dikandungnya menendang-nendang perutnya ibu beranjak bahagia dan senang betapa sehatnya anak yg dikandungnya meski sebenarnya yang ia rasakan rasa sakit. Sakit diterjemahkannya jadi bahagia.

Ketika anaknya lahir tak seorang pun ibu menginginkan anaknya cacat, berharap lahir dengan sempurna.

Ketika anaknya masih kecil ibu selalu merawatnya dan tidak ada seorang ibu menginginkan anaknya tidak berhasil,slalu berusaha apa yg membuat anaknya bahagia dan senang meskipun sesekali anaknya membantah. Kelelahan diterjemahkannya jadi motivasi.

Ibu rela tidur tanpa selimut demi anak-anaknya tidur nyenyak dan menjaga nyamuk nakal. Meski dia merasa kedinginan dan berkata “tidurlah nak Ibu tidak kedinginan.”

Ketika mau makan yang ada hanya sepotong ikan yang tersisa, ibu berkata “ makanlah nak nanti ibu masak lagi”,padahal setelah anaknya beranjak pergi ibu makan tanpa ikan hanya garam dan air putih mengiringi nasinya sampai perut. Lantas anaknya bertanya “ ibu kok hanya makan itu”???. Ibu lagi gak selera makan ikan nak,padahal dia hanya khawatir nafsu makan anaknya berkurang tanpa sepotong ikan.

Ketika anaknya beranjak Sekolah Dasar ibu tidak pernah absen bangun pagi, menyiapkan serapan,sepatu,baju ,tas yang akan dibawa anaknya dan menyisihkan didalamnya secuap nasi dan minuman,tangannya menyelipkan uang jajan dikantong meskipun sekali-sekali si anak protes terlalu sedikit uang jajan, tapi ibu mengajarkan bagaimana menggunakan uang seperluanya.


Ketika tahun baru tiba ibu tidak mau ketinggalan dengan teman-temannya membelikan baju tahun baru buat anaknya,ibu pun mengajak anaknya belanja karna ibu sudah tau anakku kan protes kalau tidak punya baju baru, setelah habis belanja si anak bertanya “ Ibu gak beli juga ?” ”tidak nak, baju ibu kan masih bagus nih”meskipun lengan baju yang di pakainya sudah mulai sobek karna baju yg dipakaimya sudah hampir 3 tahun yg setiap saat dipakainya baik ke pesta adat ataupun acara resmi.

Malam hari ketika si anak tidak bisa tidur, ibu tidak mau tidur lebih dulu, dengan membacakan dongeng lucu agar agar si anak cepat tidur dia kawatir anaknya ngantuk besok di sekolah, tanpa dipikirkannya besok subuh dia harus memasakkan nasi untuk keluarganya, paginya jualan ke pasar, siangnya ke sawah,dan sorenya mencuci baju anak dan si bapak.

Ketika ibu pergi ke pesta ibu slalu membawa nasinya pulang ke rumah tanpa harus makan di pesta, khawatir anaknya belum makan. Ia hanya makan nasi yang ada dirumah dengan sepotong ikan asin dan air putih. Si anak bertanya “kenapa ibu gak makan di pesta”? “ ibu kan tidak biasa makan diuar lagian nasi kita jg lebih enak ko”. Padahal dalam hati dia bekata “ biarlah anakku sekali-sekali makan daging dan menu yang enak agar cepat tumbuh besar”. Tanpa ibu berpikir berapa energi yang di keluarkannya setiap hari hanya untuk anak-anaknya dan keluarganya.
“Ketika aku haus, ketika aku lapar, ketika aku sakit, ketika aku menderita kau alirkan darahmu kemulutku bersama hangat yang kau tawarkan dan iklas yang kau suguhkan. Tak ada wanita yang bisa menggantimu baik istri,pacar,dan sahabat-sahabat yang lain. Kau adalah kau. Ibu adalah ibu. Pahlawan dalam hidupku senjata yang tak pernah kehabisan peluru dalam memerangi pahitnya hidup”.
Setelah anaknya beranjak besar dan masuk ke perguruan tinggi ibu merasa bahagia dan tertawa ketika anaknya beranjak pergi meninggalkan rumah untuk mencari ilmu di negeri seberang dengan membawa begitu banyak uang tanpa berharap uang itu kembali hanya sedikit harapan anaknya bisa berhasil,setelah sianak pergi ibu pergi ke sudut-sudut kamar dan menangis betapa beratnya ia melepas anaknya,hanya saja dia kawatir bila menangis di depan anaknya,anaknya ikut juga menangis. Namun dia sedikit lega karna dia sudah sedikit berhasil medidik anaknya. Ibu rela menderita demi anaknya meskipun kita tidak pernah merasakan apa yang dirasaknnya.

Sehari setelah kepergian anaknya bagaikan sebulan, itulah yang dirasakan,ibu hanya menghitung kalender dan melihat tanggal kedatangan anaknya. Setelah anaknya libur dan pulang ke rumah, ibu sibuk menyiapkan menu makanan guna menyambut anaknya, dan merasa dialah koki yg paling hebat buat anaknya. Karna ibu merasa tidak ada yang memasakkan nasi untuk anaknya di negeri sana. Malamnya dia asik bercerita dengan si anak apa yang dialaminya selama kuliah,jarum jam tidak bisa diajak kompromi hingga menunjukkan pukul 03.00 wib. Tanpa dipikirkannya dia harus bangun jam 5 pagi memasak kue dan berjalan dari desa ke desa bagi siapa saja yang mau mencicipinya guna mengharapkan imbalannya., dia juga harus ke sawah karna padi yang di tanamnya sebentar lagi panen.

Liburan pun usai,anaknya harus bergegas lagi meniggalkan ibunya. Sang ibu sibuk ke tetangga sebelah minjam uang untuk biaya kuliah dan makan anaknya. Ibu melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan anaknya. Waktu pun berjalan terus dengan kegigihan ibu dan penuh semangat sang anakpun berhasil dan di wisuda.

Ibu berharap anaknya dapat kerjaan, setelah anaknya bekerja ibu tidak pernah mengharapkan imbalan atas pengorbanannya slama ini,tidak juga mengharapkan kiriman tiap bulan datang dari anak-anaknya seperti yang dia lakukan sebelumnya terhadap anaknya, hanya saja dia berharap anaknya tahu bersyukur dan mengerti akan karunia dan berkat yang Tuhan berikan.

Setelah anaknya berhasil ibu juga harus merelakan anak perempuannya untuk dilamar orang. Ibu tidak pernah ikut campur dalam memilih jodoh putrinya, karna ibu tau laki-laki yang akan hadir dalam keluarga mereka akan selalu menjaga purtinya seperti ayah menjaganya. Ibu sangat bahagia melepas putrinya pergi bersama menantunya walaupun dia merasa sedih tapi memang itulah perjalanan hidup seorang anak karna ibu juga demikian meninggalkan ibunya.

Ibu selalu membiarkan kita menang dalam permainan waktu kecil,setelah kita dewasa kadang-kadang kita tidak membiarkan ibu menang dalam memilih jalan kita.

Bagaimana dengan kita…..???
Coba kita lihat saat ibu sedang tidur nyenyak, renungkan sejenak jika ibu tidak membuka matanya lagi untuk selamanya..???

Bagaimana jika ibu sedang sakit di kampung atau di rumah..???suatu saat dia tidak lagi sanggup menahan sakit sehingga dia memilih untuk beristirahat di pangkuan Bapa di Sorga..???

Mungkin selama ini ibu slalu melarang kita mau pergi jalan-jalan, marah, nelpon setiap saat jika kita pergi sama teman-teman, sehingga kita anggap ibu hanya sebagai alarm mengingatkan kita setiap saat. marah saat kita memilih untuk menonton televisi daripada belajar, kita bilang ibu galak,cerewet,judes dan lain sebagainya. Padahal jika Ibu marah punya banyak alasan yang terselubung yang mungkin tidak kita ketahui atupun kita tidak bisa menerjemahkannya.

Renungkan sejenak, tiba-tiba suara ibu tidak lagi terdengar di muka bumi ini...????tidak ada lagi suara yang setiap harinya melintas dari kuping kita meski dengan nada yg sama. Tidak ada lagi puisi-puisi dan doa yang setiap saat diucapkannya buat anaknya. Bayangkan jika keheningan itu terjadi.

Tidak tau dari malaikat mana dan langit keberapa kesabaran ibu diturunkan,juga dari bidadari mana kecantikannya,juga dari gudang mana ibu tidak pernah kehabisan senjata saat dia bergelut dan bergumul dalam kesusahan,juga dari profesor mana ke pintarannya. Tapi itu semua berkat Tuhan.
Meski tlah kutulisakan sejuta sajak untuk Ibu takkan mampu membandingi cinta dan pengorbanannya, Ibu tempat pelabuhan baktiku, Bukankah wajah ibu yg menua yg penuh gurat-gurat kelelahan bukti kesetiaannya menjaga kita dan merayu waktu agar bersahabat dengan kita. Keriput di jari dan lengannya yg mulai melemah tandanya ibu tidak pernah melepaskan genggaman cintanya saat kita merasa dingin bergaul dengan dunia,
Bibirnya mulai mengering dan menghitam. Karena tak henti mengalirkan doa untuk anaknya, Setiap pagi, siang dan malam masih ingin singgah, Selama berpuluh-puluh tahun usia anaknya bahkan sampai dia lelah dan memilih untuk ber istirahat di pangkuan bapa di Sorga.
Jika seorang Ibu menangisi hatinya untukmu, dan semuanya karena dirimu, inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.
Hanya kamu yang tahu jawabannya. Pertimbangkanlah, karena suatu hari nanti mungkin akan terlambat untuk menyesal. Mungkin akan terlambat untuk bilang 'MAAF'!!

Thanks……

Pengorbanan Seorang Ibu Tanpa Batas

OPINI | 01 May 2010 | 01:45537  1 dari 2 Kompasianer menilai Bermanfaat
Hari kamis, aduh rasanya males sekali untuk keluar rumah. Sebenarnya sih pengen jalan-jalan untuk mencari udara segar. Untuk menghilangkan rasa penat dan bosan dirumah. Ah, saya paksakan saja tuk pergi jalan-jalan keluar. Akhirnya, saya sms temen untuk ngajak jalan-jalan bareng. Eh, kebeneran temen pun menyambut ajakan saya. Jadinya, jadi juga deh jalan-jalan.
Lalu, saya langkahkan kaki berjalan menuju “Mahattah” ( terminal bis) yang tidak jauh dari tempat kosan. Yah, kira-kira 200 meter dari tempat saya ngekos. Itung-itung jalan beneran, sebelum saya pikir tar juga bakalan naik bis. Temen yang telah saya sms pun telah menunggu di depan. Tidak banyak basa-basi, saya langsung menyalaminya. Ayo, berangkat. Habis itu jalan deh. Karena memang, temen saya bener-bener pengen jalan tidak mau naik mobil. Ia bilang, katanya kamu ngajak jalan-jalan, ayo kita jalan aja. Wah, inimah nyiksa,..hiks-hiks..padahal saya ngajak jalan kan bukan beneran jalan kaki, hehe…
Hmmmm, terpaksa. Akhirnya saya ngikutin juga jalan. Sambil menelusuri jalan yang di lalui, saya pun bercerita-cerita sama temen itu. Karena dijalan sangat rame dengan kendaraan yang lalulalang. Memang asyik juga, bener-bener jalan kaki. Jalan-jalan di keramaian kota memang sangat asyik dan menyenangkan. Apalagi jalannya rame-rame. Rasa lelah dan haus pun tak terasa. Karena dijalannya sambil ngobrol dan bercanda. Perjalanan jauhpun tak terasa, tau-tau sudah sampai saja ditempat tujuan.
Memang, tujuannya jalan ke daerah At Thaba. Yah, sampai juga di daerah itu. At Thaba adalah, daerah yang terletak di pusaran kota Kairo. Daerahnya, sangat ramai. Karena memang, pusat perdagangan disana. Jadi, tidak heran kalau daerah itu dipenuhi oleh orang-orang yang berbelanja disana. Munkin juga, orang-orang mau berdesak-desakan disana karena memang benar-benar mau belanja. Atau juga, mereka hanya ingin jalan-jalan tuk menghilangkan rasa jenuh dirumah, seperti yang saya lakukan bersama temen.
Ketika saya jalan ditengah keramaian orang, tiba-tiba saya melihat ibu tua yang sedang duduk di pinggiran jalan. Ibu tua itu, kelihatannya sangat sedih sekali. Dengan rasa penasaran saya hampiri ibu tua tersebut. Seraya mengucapkan salam. “Assalamuikum” lalu ibu tua itu menjawab. “Walaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh’, dengan jawaban yang sempurna. Karena kita dianjurkan, ketika orang mengucapakan salam, maka jawablah dengan jawaban yang sempurna. Seperti, jawaban ibu tadi.
Dengan modal bahasa arab amiyah,(bahasa sehari hari yang digunakan orang Mesir, atau orang Arab lainnya) yang pas-pasan. Tapi, lumayan-lah ibu tua itu bisa mengerti dan paham perkataan saya, hmmmm. Kalau di alih bahasakan menjadi bahasa indonesia, kira-kira jadinya seperti ini. Lho kok, jadi bahasa indonesia nih, bukannya berbicara sama orang Mesir. Yah, daripada saya nulisnya salah, kan jadinya malu sama anda yang membaca ini. Lalu, anda mengetawain saya donk! Boong, hanya just kidding. Lanjut aja yah, daripada saya ngebahas soal bahasa, jadinya kapan ceritanya. Sabar, katanya kan orang sabar disayang Tuhan.
“Ibu! Apa kabar? Sambil melirik kepada saya ibu itu menjawab. Alhamdulillah baik yabni, (Nak). Lalu, ibu tua itu malik nanya, darimana kamu nak? Owh, saya dari indonesia bu. Kemudian ibu tua tadi nanya lagi. Kamu lagi ngapain nak disini? Saya lagi jalan-jalan aja bu. Dan kebetulan saya lewat kesini. Melihat ibu sepertinya lagi bersedih. Maka, saya penasaran ingin bertanya kepada ibu. Sebenarnya ada apa bu? Dengan penuh semangat ibu itu bercerita. Begini nak! Ibu mempunyai seorang anak satu-satunya, tapi anak ibu sudah hampir dua minggu tidak pulang kerumah. Ibu khawatir, takut anak ibu kenapa-kenapa?
Sambil duduk saya bertanya lagi kepada ibu tua itu. Memangnya, ibu dari mana? Saya dari Mansurah nak. Jauh juga ibu dari Mansurah ke at Thaba. Iya nak! Ibu udah cape, lelah, dan sampai sekarang ibu masih belum menemukan anak ibu yang hilang itu. Mansurah adalah nama tempat yang ada di Mesir.Sebuah propinsi yang jauh dari kota Kairo.
Memangnya, anak ibu kenapa? Begini nak, anak ibu tidak seperti anak-anak yang lainnya. Ia sakit (kurang normal). Jadi, ibu sangat khawatir sekali. Ia tidak tau apa-apa, untuk pulang pun dia tidak tahu. Munkin dia kesasar tidak tahu jalan pulang.
Kemudian saya bertanya kembali. Kenapa ibu tidak lapor polisi aja bu. Kalau ibu lapor polisi, pasti anak ibu cepat ditemukan. Sambil menangis ibu tua itu menjawab. Ibu telah lapor polisi, tapi sampai saat ini belum ada kabarnya. Ibu sudah putus asa nak. Ibu harus mencari kemana lagi.
Mendengar perkataan seorang ibu tadi. Lamunan Saya langsung menerang jauh kedepan. Saya jadi teringat pada ibu sendiri. Bagaimana, seorang ibu yang selalu memikirkan anaknya yang nan jauh disana. Munkin, ia selalu memikirkan anaknya setiap detik, setiap jam, setiap hari, bahkan setiap detik napasnya. Ia selalu memikirkannya, bagaimana kabar anakku yang nan jauh disana. Ia selalu memikirkannya, bagaimana anakku sehat-sehat saja di sembrang sana. Walaupun, belum tentu anak yang dipikirkannya memikirkan ibunya.
Tak terasa, air matapun mengalir membasahi pipi saya. Karena saking terharunya dengan perkataan seorang ibu tua tadi. Bagaimana, seorang ibu yang telah tua renta. Masih tetap berjuang untuk mencari anak yang dicintainya. Ia tidak kenal lelah dan cape untuk tetap mencari belahan jiwanya. Walaupun, ia sendiri tidak tau keberadaan anaknya itu. Tapi pengorbanannya tak terbatas waktu.
Seorang ibu yang selalu sayang dan cinta pada anaknya. Seorang ibu yang selalu berkorban demi masa depan anaknya. Seorang ibu yang selalu memikirkan, bagaimana anaknya bisa tumbuh besar dengan sehat dan bahagia.
Cerita di atas hanya sebagai gambaran, begitu sayangnya seorang ibu terhadap anaknya. Sampai-sampai Saya sendiri di sini tidak bisa lagi melanjutkan obrolan dengan ibu tua tadi. Karena saya sudah tidak kuat lagi untuk meneruskan pembicaraan dengan ibu itu. Pikiran saya langsung buntu secara tiba-tiba. Tidak kuat lagi untuk mendengarkan ibu itu bercerita. Saya hanya bisa berucap, semoga ibu bisa cepat menemukan anak ibu yang hilang. Semoga Allah bisa mempertemukan ibu dengan dia.
Pada waktu itu, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Saya hanya berdoa dalam hati. “Ya Allah, semoga Engkau bisa mempertemukan ibu ini dengan anaknya”. Itu yang terucap dalam doa saya. Kemudian, saya minta izin untuk pamitan padanya. Dengan rasa sedikit gembira ibu itu berkata; terimakasih nak! Telah menemani ibu. Semoga Allah memberkati hidupmu. Amin. Itu jawaban yang saya dapat ucapkan.
Seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Seorang Ibu yang mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan bosan, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin. Seorang Ibu yang selalu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari, tiap menit, bahkan di sepanjang hidupnya. Bukan hanya waktu tertentu saja. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan waktu, atapun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu tertentu saja. Munkin hanya ketika kita sedang mengingatnya, atau sama sekali tidak. Sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.
Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada hadiah yang diberikan kepadanya. Kasih dan sayangnya tidak pernah akan terbalas oleh apa pun. Bagi yang masih jauh dari ibu, Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu ngobrol? kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan hadiah ataupun tangisan apabila Ibu telah tiada. Hanyalah doa dah perhatian yang ibu harapkan. Ibu pengorbananmu yang besar, kasih dan sayangmu yang tulus, tak bisa anakmu balas dengan apa pun. Semoga ibu selalu hidup bahagian di dunia dan di akhirat. Amin.
Kairo, kamis 28/4/2010
Ajidin.







<data:blog.pageTitle/>















*/

/* Use this with templates/template-twocol.html --*/

body {
background:$bgcolor;
margin:0;
color:$textcolor;
font:x-small $bodyfont;
font-size/* */:/**/small;
font-size: /**/small;
text-align: center;
background-color : $bgcolor;
background-image : url(http://ct2.pimp-my-profile.com/i4/4/1/3/f_d6f841750d.jpg) ;
background-position : Center Center;
background-attachment : fixed ;
background-repeat : repeat ;
border-color : #A0522D ;
border-width : 0 px;
border-style : Solid ;
scrollbar-face-color : # ;
scrollbar-highlight-color: # ;
scrollbar-3dlight-color : # ;
scrollbar-shadow-color : # ;
scrollbar-darkshadow-color: # ;
scrollbar-arrow-color : # ;
scrollbar-track-color : # ;
}
a:link {
color:$linkcolor;
text-decoration:none;
}
a:visited {
color:$linkcolor;
text-decoration:none;
}
a:hover {
color:$titlecolor;
text-decoration:underline;
}
a img {
border-width:0;
}

/* Header
-----------------------------------------------
*/

#header-wrapper {
width:660px;
margin:0 auto 10px;
border:1px solid $bordercolor;

}

#header-inner {
background-position: center;
margin-left: auto;
margin-right: auto;
}

#header {
margin: 5px;
border: 1px solid $bordercolor;
text-align: center;
color:$pagetitlecolor;
background-color:#D2B48C;
background-image:url(none);
}

#header h1 {
margin:5px 5px 0;
padding:15px 20px .25em;
line-height:1.2em;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.2em;
font: $pagetitlecolor;
}

#header a {
color:$pagetitlecolor;
text-decoration:none;
}

#header a:hover {
color:$pagetitlecolor;
}

#header .description {
margin:0 5px 5px;
padding:0 20px 15px;
max-width:700px;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.2em;
line-height: 1.4em;
font: $bodyfont;
color: $textcolor;
}

#header img {
margin-left: auto;
margin-right: auto;
}


/* Outer-Wrapper
----------------------------------------------- */
#outer-wrapper {
width: 660px;
margin:0 auto;
padding:10px;
text-align:left;
font: $bodyfont;
}

#main-wrapper {
width: 410px;
float: left;
padding: 5px;
border:1px solid $bordercolor;
background-color:#D2B48C;
background-image:url(none);

word-wrap: break-word; /* fix for long text breaking sidebar float in IE */
overflow: hidden; /* fix for long non-text content breaking IE sidebar float */
}

#sidebar-wrapper {
width: 220px;
float: right;
padding: 5px;
border:1px solid $bordercolor;
background-color:#D2B48C;
background-image:url(none);

word-wrap: break-word; /* fix for long text breaking sidebar float in IE */
overflow: hidden; /* fix for long non-text content breaking IE sidebar float */
}


/* Headings
----------------------------------------------- */

h2 {
margin:1.5em 0 .75em;
font:$headerfont;
line-height: 1.4em;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.2em;
color:$pagetitlecolor;
}


/* Posts
-----------------------------------------------
*/
h2.date-header {
margin:1.5em 0 .5em;
}

.post {
margin:.5em 0 1.5em;
border-bottom:1px dotted $bordercolor;
padding-bottom:1.5em;
background-color:transparent;
}
.post h3 {
margin:.25em 0 0;
padding:0 0 4px;
font-size:140%;
font-weight:normal;
line-height:1.4em;
color:$pagetitlecolor;
}

.post h3 a, .post h3 a:visited, .post h3 strong {
display:block;
text-decoration:none;
color:$titlecolor;
font-weight:normal;
}

.post h3 strong, .post h3 a:hover {
color:$textcolor;
}

.post p {
margin:0 0 .75em;
line-height:1.6em;
}

.post-footer {
margin: .75em 0;
color:$textcolor;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.1em;
font: $bodyfont;
line-height: 1.4em;
}

.comment-link {
margin-left:.6em;
}
.post img {
padding:4px;
border:1px solid $bordercolor;
}
.post blockquote {
margin:1em 20px;
}
.post blockquote p {
margin:.75em 0;
}

/* Comments
----------------------------------------------- */
#comments h4 {
margin:1em 0;
font-weight: bold;
line-height: 1.4em;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.2em;
color: $textcolor;
padding: 5px;
border:1px solid $bordercolor;
background-color:#D2B48C;
background-image:url(none);

}

#comments-block {
margin:1em 0 1.5em;
line-height:1.6em;
}
#comments-block .comment-author {
margin:.5em 0;
}
#comments-block .comment-body {
margin:.25em 0 0;
}
#comments-block .comment-footer {
margin:-.25em 0 2em;
line-height: 1.4em;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.1em;
}
#comments-block .comment-body p {
margin:0 0 .75em;
}
.deleted-comment {
font-style:italic;
color:gray;
}

#blog-pager-newer-link {
float: left;
}

#blog-pager-older-link {
float: right;
}

#blog-pager {
text-align: center;
}

.feed-links {
clear: both;
line-height: 2.5em;
}

/* Sidebar Content
----------------------------------------------- */
.sidebar {
color: $textcolor;
line-height: 1.5em;
}

.sidebar ul {
list-style:none;
margin:0 0 0;
padding:0 0 0;
}
.sidebar li {
margin:0;
padding:0 0 .25em 15px;
text-indent:-15px;
line-height:1.5em;
}

.sidebar .widget, .main .widget {
border-bottom:1px dotted $bordercolor;
margin:0 0 1.5em;
padding:0 0 1.5em;
}

.main .Blog {
border-bottom-width: 0;
}


/* Profile
----------------------------------------------- */
.profile-img {
float: left;
margin: 0 5px 5px 0;
padding: 4px;
border: 1px solid $bordercolor;
}

.profile-data {
margin:0;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.1em;
font: $bodyfont;
color: $textcolor;
font-weight: bold;
line-height: 1.6em;
}

.profile-datablock {
margin:.5em 0 .5em;
}

.profile-textblock {
margin: 0.5em 0;
line-height: 1.6em;
}

.profile-link {
font: $bodyfont;
text-transform: uppercase;
letter-spacing: .1em;
}

/* Footer
----------------------------------------------- */
#footer {
width:660px;
clear:both;
margin:0 auto;
padding-top:15px;
line-height: 1.6em;
text-transform:uppercase;
letter-spacing:.1em;
text-align: center;
padding: 5px;
border:1px solid $bordercolor;
background-color:#D2B48C;
background-image:url(none);
}

/** Page structure tweaks for layout editor wireframe */
body#layout #header {
margin-left: 0px;
margin-right: 0px;
}

.bloggerPmPBar { background-color:#003366;
color:#9cceff;
font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;
font-size:10px;
text-align:left;
padding:2px 2px 2px 6px;}
.bloggerPmPBar a {color:#9cceff}
.PmPLogo {float:right;padding-right:9px;}
www.pimp-


]]>







Selasa, 17 Mei 2011

AKU YANG DULU

Inilah aku yang dulu, aku rasa aku sekarang udah berubah.
aku enggak mau! aku mau tetap jadi ELIA yang dulu. yang enggak cengeng, yang kuat, yang ngga gampang nyerah. tapi aku enggak bisa :'( 

Maaf,
karena kita cuma sampe sini.

Dari awal aku enggak mau kenal sama kakak.
Karena aku tahu, kalau aku udah kenal sama kakak aku bakal akrab sama kakak.
Setelah aku akrab sama kakak, aku jadi punya perasaan lain sama kakak.
Sebenarnya aku enggak mau kakak tahu, karena aku ngerti posisi ku. Mungkin kakak enggak punya perasaan yang sama ke aku.
Seiring berjalannya waktu, kakak pun tahu.
Aku sempat senang karena kakak balas perasaan ku.
Tapi,  ada 1 halangan yang buat kita enggak bisa bersama.
Sampai akhirnya kita nanti harus berpisah.
Aku cuma mau bilang makasih sama kakak karena udah sempat hadir dalam hidupku.

Kalo suatu saat nanti kakak ketemu orang yg lebih baik dari aku, aku mohon kakak sisakan 1 ruang kecil di hati kakak buat simpan kenangan sama aku.